Rabu, 27 Juli 2022

MANAQIB GURU KAPUH KANDANGAN, KH RIDWAN BASERI

 MANAQIB GURU KAPUH KANDANGAN

Jelang haul pertama 30 juli 2022



Guru Kapuh merupakan sebutan populer dari Tuan Guru H. Ridwan binti Jauhariyah binti Tuan Guru H. Athaillah bin Tuan Guru H. Abdul Qadir bin Syekh Sa'duddin (Datu Taniran) bin Mufti Syekh Muhammad As'ad binti Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kalampayan). Beliau lahir sekitar tahun 1966 dari isteri keempat Tuan Guru H. Hasan Basri yang bernama Jauhariyah dari desa Kapuh, Wasah, Kandangan. Beliau waktu kecil sering dibonceng ayahnya naik sepeda ketika sang ayah ceramah keliling dan bertemu sesama tuan guru hingga kelak beliau banyak dikenal murid dan teman-teman ayah beliau. Berarti sejak kecil beliau sudah dididik dan digembleng oleh ayah beliau sendiri sebagai ulama sekaligus aktivis dan pejuang. Perlu diketahui, ayah beliau cukup lama mondok di PP. Gontor, Ponorogo dan PP. Darussalam, Martapura bahkan dia menjadi murid kesayangan Tuan Guru H. Husin Qaderi_.


Selesai sekolah Tsanawiyah beliau melanjutkan menuntut ilmu mondok ke Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo memenuhi pesan ayahnya. Selesai di Gontor beliau belajar mendalami agama dengan Abah Guru atau Guru Sakumpul sambil mengajar di MAPK dan SMIH di Martapura. Di sini beliau belajar kitab kuning dengan cermat hingga sampai menjadi salah satu murid terkasih Abah Guru. Beliau mengatakan bahwa bersekolah di Gontor membuat kita paham secara aktif berbahasa Arab, sedang belajar kepada Abah Guru Sekumpul membuat kita memahami kitab kuning dan berbagai cabang ilmu keislaman. Suatu perpaduan yang bisa saling mengisi, saling melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain.


Sebenarnya sebelum Abah Guru wafat beliau sudah diizinkan untuk membuka majlis di kampung beliau, tapi beliau baru berani membuka majlis setelah Abah Guru wafat pada tanggal 5 Rajab 1426H/2005M. Beliau berupaya membuka majlis yang mirip dengan majlis Abah Guru baik suasana, tempat maupun metode mengajar dan materi kitab yang dibaca hingga jamaah pengajian seperti berada di Sakumpul atau seperti kelanjutan majlis di Sakumpul belaka. Rupanya harapan beliau itu  jadi kenyataan, pengajian beliau banyak didatangi jamaah yang tadinya setia mengaji di Sakumpul baik dari Hulu Sungai maupun Banjarmasin. Nama majlis beliau adalah Majlis Ta'lim Al-Hidayah yang rutin memberikan tausiyah dua kali seminggu tiap hari Minggu dan Jum'at. Pada hari lainnya beliau mengabulkan hajat orang banyak baik menghadiri undangan salamatan, baarwahan, tasmiyah, walimahan maupun ceramah bahkan beliau menjabat sebagai Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) tingkat Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 


Majlis ini hari demi hari berkembang pesat hingga Desa Kapuh yang dulu sepi menjadi sangat ramai terutama pada hari-hari beliau melakukan tausiyah. Bisa dikatakan Kapuh menjadi pusat pendidikan Islam di kota Kandangan sekaligus pusat bertumbuhnya ekonomi kerakyatan tempat peredaran dan perputaran uang yang demikian menggairahkan. Kebesaran Majlis Ta'lim Al-Hidayah sudah jauh-jauh hari diprediksi (diramal) oleh guru beliau Abah Guru Sakumpul yang menyatakan bahwa di daerah ini, akan muncul majlis pengajian yang besar melebihi besarnya majlis pengajian terdahulu yakni Majelis Pengajian Tuan Guru H. Muhammad Arifin bin Tuan Guru H. Atha'illah bin Tuan Guru H. Abdul Qadir bin Syekh Sa'duddin (Datu Taniran), Paman beliau sendiri, saudara dari ibu beliau. Prediksi Abah Guru Sakumpul ini, berlangsung saat beliau masih aktif mengaji di Sakumpul, Martapura. 


Tidak sampai di situ, beliau juga telah membangun pesantren yang sangat megah di sekitar desa Kapuh, tepatnya berada persis berseberangan dengan Majlis dan rumah beliau. Pesantren ini, penanganannya beliau serahkan pada anak beliau sendiri yang telah lulus dari salah satu pesantren terkenal di Jawa dan sudah berkeluarga.


Masyarakat Bumi Antaludin berduka. Seorang ulama kharismatik di HSS tutup usia

Al-Mukarram KH. Muhammad Riduan ( Guru Kapuh) , Meninggal Hari Rabu , 2 Muharram 1443 H / 11 Agustus 2021 M, sekitar pukul 09.05 Wita

Semoga Almarhum Mendapat Keampunan dari Allah dan Segala Amal Ibadahnya diterima Oleh Allah SWT dan dikumpulkan beserta Guru-Guru beliau didalam Surganya, beliau adalah tergolong orang-orang yang Shaleh, Aamiin



Ditulis ulang oleh : 


COPYRIGHT © Catatan Edwan Ansari 

Editor :

Muhammad Edwan Ansari, S.Pd.I


Dokumentasi Terlampir:


dukung terus syiar kami untuk ummat



Selasa, 26 Juli 2022

Habib Muhammad Nasir bin Usman Al Habsyi, Ketua Umum Khadimul Ummat Hulu Sungai Tengah

Habib Muhammad Nasir bin Usman Al Habsyi, Ketua Umum Khadimul Ummat Hulu Sungai Tengah

Habib Muhammad Nasir bin Usman Al Habsyi, Ketua Umum Khadimul Ummat Hulu Sungai Tengah

Muhammad Nasir bin Usman Al Habsyi, Lebih dikenal dengan sebutan Habib Nasir Al Habsyi sebagai pemimpin dan salah satu pendiri Khadimul Ummat Hulu Sungai Tengah, Ia dan Muhammad Edwan Ansari bersama beberapa orang lainnya mendirikan Khadimul Ummat

Khadimul Ummat adalah organisasi kerelawanan yang menisbatkan diri untuk melayani ummat dalam dibidang Dakwah, Sosial, kemanusiaan serta Pendidikan bukan partai politik atau underbow partai politik manapun, Ia bersifat independen

Habib Nasir Al Habsyi memulai pendidikan dari sekolah tingkat dasar hingga sekolah menengah atas.

Habib Nasir Al Habsyi melanjutkan belajar di Ma'had Al Khairat Bekasi Timur, yang diasuh oleh Al Habib Muhammad Naqib bin Syaikh Abi Bakar bin Salim, .

Adapun ilmu-ilmu yang di dalaminya antara lain: Ilmu Fiqh (Hukum ibadah), Ilmu Tafsir Al Quran, Ilmu Hadits, Ilmu Nahwu, Ilmu Sejarah, Ilmu Sastra arab, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf dan Ilmu dakwah.

Habib Nasir Al Habsyi menimba ilmu kepada beberapa habaib di antaranya Al Ustadz Al Habib Nagib bin Syekh Abubakar bin Salim (Pesantren Al-Khairat)

Guru yang sangat berpengaruh bagi beliau adalah Al Ustadz Al Habib Nagib bin Syekh Abubakar bin Salim (Pesantren Al-Khairat)

ditulis : Tim Humas Relawan Khadimul Ummat


COPYRIGHT © Catatan Edwan Ansari 

Editor :

Muhammad Edwan Ansari, S.Pd.I


Dokumentasi Terlampir:


dukung terus syiar kami untuk ummat

___

Just Iklan

Sang Mentor

Blog Channel klik sebuah Ikhtiar Sederhana Anak Desa 





KH.Abdurrasyid sang pendiri PonPes RAKHA Amuntai

 KH.Abdurrasyid sang pendiri PonPes RAKHA Amuntai


KH. Abdurrasyid bin H. Ramli lahir di Panangkalaan, Amuntai, 1884 M (1302 H). Dalam menuntut ilmu agama, beliau belajar pada ulama-ulama besar baik yang ada di sekitar tempat tinggalnya maupun yang ada di daerah lain. Beliau pernah berguru pada Tuan Guru Haji Umar Awang Padang Kelua, Tuan Guru Ahmad Sungai Banar Amuntai, Tuan Guru Jaferi bin Umar Teluk Betung Alabio, dan Tuan Guru Abdul Rahman Pasungkan Nagara, Beliau juga pernah berguru dengan Syekh Muhammad Chalid, ulama besar asal Desa Tangga Ulin Amuntai, yang mengajar di Masjidil Haram lebih dari 12 tahun. serta banyak lagi ulama-ulama lainnya.

Dalam usia dua puluh tahun beliau menikah dengan Siti Fatimah anak Abdurrahman Sidik dan Masayu, orang yang terpandang di masyarakat. Fatimah mempunyai seorang saudara bernama Abdul Kadir. Perkawinan Tuan Guru Abdurrasyid dengan Fatimah membuahkan enam orang anak, masing-masing bernama Zahrah, Muhibbah, Ramli, Zuhriah, Asnah, dan Ahmad Nabhan.

Setelah kawin dan dikaruniai 4 orang anak (sebelum Asnah dan Ahmad Nabhan lahir), atas restu keluarganya Abdurrasyid pergi ke Mesir bersama sahabatnya H. Mansur dari Johor dengan menumpang kapal laut pada tahun 1912. Haji Abdurrasyid orang Kalimantan yang pertama belajar di Universitas Al-Azhar. Beliau berhasil mengantongi Syahadah Al Alamiyah Lil Ghuraba. Di Kairo beliau sempat menyusun kitab Perukunan. Hasil dari penjualan kitab tersebt sebagian beliau pergunakan untuk membiayai keperluan studinya di samping beasiswa yang telah diperolehnya dari Universitas. Untuk Menambah penghasilannya beliau bekerja pada sebuah restoran di kota Kairo, mendistribusikan roti kepada pelanggan dan membantu penerbit dengan men tashih beberapa karangan yang dicetak dengan bahasa Melayu.

Setelah bermukim selama sepuluh tahun di pusat pendidikan Islam itu Tuan Guru Abdurrasyid kembali ke tanah air dengan terlebih dahulu singgah di Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sejak tiba kembali di kampung halamannya pada tahun 1922, beliau memfokuskan perhatiannya pada bidang pendidikan. Sejalan dengan kehendak masyarakat masa itu, maka pada tanggal 13 Oktober 1922 beliau mulai membuka pengajian agama dengan mengambil tempat di rumah mertuanya. Model pengajiannya menggunakan sistem halqah di mana santri duduk bersila mengelilingi guru yang memberikan pelajaran.

Pada tahun 1924 dengan bantuan berbagai pihak beliau membangun sebuah langgar bertingkat dua yang terletak di tepian sungai Tabalong, tidak jauh dari rumahnya. Selain untuk shalat, langgar ini juga berfungsi sebagai tempat pengajian umum yang dilaksanakan setiap hari Sabtu mulai jam 10. 00 pagi diakhiri dengan shalat zuhur berjamaah. Mulai dari langgar inilah Tuan Guru Abdurrasyid mendirikan sekolah Islam yang dikelola secara modern. Sekolah yang dikelolanya memiliki lima lokal dengan perlengkapan belajar menggunakan meja, kursi dan papan tulis. Seiring dengan perkembangan pendidikan yang kiat diminati, maka dibukalah sekolah tingkat Tsanawiyah.

Pada tahun 1926 Tuan Guru Abdurrasyid mendirikan gedung baru yang letaknya tidak jauh dari lokasi sekolah sebelumnya. Bangunan sekolah tersebut berbentuk “U” terdiri dari enam lokal yang dilengkapi dengan peralatan yang modern, yang merupakan pelopor pembaharuan sekolah-sekolah Islam tradisional di Kalimantan Selatan. Biayanya sebagian berasal dari pribadi beliau sendiri dan sebagian bantuan masyarakat, hingga berhasil dihimpun 7.000 golden. dengan jenjang pelajaran dinaikkan hingga tingkat Aliyah. Pendirian Arabische School bertujuan untuk mencetak kader pendidik, guru, mubaligh dan pemimpin masyarakat. Dalam mengelola sekolah ini, Tuan Guru Abdurrasyid mengajak kalangan ulama untuk berpartisipasi sebagai guru di Arabische School tersebut.

Arabische School mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sekolah ini beberapa kali mengalami pergantian nama. Ketika beliau menyerahkan pesantren tersebut kepada Tuan Guru Juhri sulaiman (1931-1941), namanya diubah menjadi Al-Madrassatur Rasyidiah. Pemberian nama ini adalah untuk mengenang jasa pendirinya yaitu Tuan Guru Abdurrasyid. Ketika M. Arief Lubis (dari Sumatera) memimpin pesantren tersebut (1942-1944), pelajaran ilmu pengetahuan umum dimasukkan dan nama pesantren itupun diubah menjadi Ma’had Rasyidiyah. Pada masa kepemimpinan KH. Idham Chalid (sejak 1945) namanya dirubah lagi dengan Normal Islam, kemudian diganti menjadi Rasyidiyah Khalidiyah yang disingkat dengan Rakha (1963). Sistem dan metode pendidikannya disesuaikan dengan pendidikan dan pengajaran Pondok Modern Gontor Ponorogo.

Tuan Guru Abdurrasyid pernah pula memimpin sebuah sekolah yang bernama Al-Madrasah Al Wathaniah di Kandangan. Sekolah tersebut didirikan oleh muridnya yaitu M. Subeli yang pernah belajar di Arabische School. Beliau juga membuka pengajian umum untuk masyarakat dan para ulama di kota itu. Kemudian atas inisiatif murid-muridnya, yaitu M. As’ad dan Usman Abu Bakar, berdirilah Madrasah Diniyah Islamiyah yang sebelumnya dipimpin oleh Tuan Guru Muchtar (Mufti Onder Distrik) Barabai tahun 1933.

Pada bulan Januari 1934 beliau kembali ke Amuntai dalam keadaan sakit. Beliau dirawat oleh dokter Rumah Sakit Amuntai dengan perawatan di rumah. Pada hari Ahad tanggal 4 Februari 1934 bertepatan dengan tanggal 19 syawal 1353 H jam 16.00 di hadapan isteri, anak-anak dan keluarga serta beberapa orang muridnya, beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir berpulang ke rahmatullah. Acara pemakaman beliau, dihadiri tidak kurang dari 200 ulama diantara 2000 orang yang ikut mensholatkan jenazah almarhum. Beliau dimakamkan di samping rumahnya di desa Pekapuran Amuntai pada sore hari Senin tanggal 5 Februari 1934

Syekh Abdurrasyid mengarang buku yang dipakai oleh santri-santri di Sumatera, Malaya dan Mindanao (Filipina Selatan), yaitu kitab “Sirajul Wahhaj” dan “Parukunan Besar”, dan “Risalah Niat”. Ada pula kitab berbahasa arab hasil karya beliau, yaitu Kitab “Fathul Wahhab”

Menjelang akhir hayatnya, Tuan Guru Abdurrasyid sempat berpesan agar murid-muridnya berusaha memelihara dan mengembangkan perguruan yang telah dirintisnya. Tuan Guru yang dalam kesehariannya sangat sederhana dan bersahaja itu tidak pernah memiliki rumah sendiri. Ketika istrinya mendesak agar membangun rumah karena anak-anak sudah mulai dewasa, beliau menjawab : “sekolahan kita adalah rumah kita dan santrinya adalah anak-anak kita”. Dari rumahnya yang semula bernama Arabische School itu telah lahir anak-anak bangsa yang tumbuh menjadi pemuka Islam, tersebar di Kalimantan sampai ke Jawa, Sumatera dan daerah-daerah lainnya di Nusantara ini.

Diantara kalam beliau:

“Bagiku agama Islam ini adalah yang memuliakan dan meninggikan derajat manusia ini, tidaklah sepantasnya rumah-rumah agama Islam itu tidak lebih baik dan bagus dari rumah umatnya sendiri.”

“Sekolahan kita adalah rumah kita dan santrinya adalah anak-anak kita”



Senin, 25 Juli 2022

MENGENAL KH MAHFUZ AMIN, SOSOK PENDIRI PONPES IBNUL AMIN PAMANGKIH

 MENGENAL KH MAHFUZ AMIN, SOSOK PENDIRI PONPES IBNUL AMIN PAMANGKIH



KH. Mahfuz Amin putra tuan Guru H. Muhammad Ramli putra Tuan guru H. Muhammad Amin. Ia adalah putra pertama dari Sembilan bersaudara, pasangan Tuan guru H. Muhammad Ramli dan Hj. Malihah, Hj. Rapiah dan terakhir Tuan guru H. Muhammad Zuhdi. Mahfuz Amin dilahirkan di Pamangkih pada malam selasa tanggal 23 Rajab 1332 (sekitar tahun 1914 M)



"Beliau pertama kali dididik dan dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang religius, sebab orang tuanya yang bernama H. Muhammad Ramli adalah ulama berpengaruh dan dikenal mempunyai ilmu agama yang dalam. Tidak heran kalau di Pamangkih, orang tua dari Tuan guru H. Muhammad Ramli yakni Tuan guru H. Muhammad Amin di sebut Tuan guru besar, sedangkan Tuan guru H. Muhammad Ramli dikenal dengan Tuan guru Tuha, karena ditangannyalah kata putus dalam berbagai persoalan, baik yang menyangkut bidang agama maupun problem sosial kemasyarakatan lainnya." tutur Wakil Pengasuh Ponpes Ibnul Amin, H Muhammad Arsyad pada saat pembacaan manaqib perinagatan Haul ke 20 KH Mahfuz Amin, Rabu (15/10).


Dalam usia 6 tahun, KH Mahfuz Amin sudah belajar al-Qur’an tahap pertama, di bawah pengajaran langsung orang tuanya. Pendidikan formal ia tempuh di volk School selama tiga tahun di Pamangkih yang kemudian dilanjutkan ke Vervolk School selama 2 tahun di Desa Banua Kupang.


Selain itu beliau tidak pernah belajar di sekolah formal lainnya. Untuk selanjutnya ia menempuh pendidikan nonformal berupa pengajian agama yang diberikan oleh orang tuanya sendiri disamping mengikuti pengajian dengan Tuan guru Muda H. Hasbullah putra H. Abdur Rahim di dekat Mesjid Jami’ Pamangkih. Selain itu ia juga belajar dengan Tuan guru H. Muhammad Ali Bayangan dan Tuan guru H. Mukhtar di Desa Negara.


Tahun 1938, saat berusia 24 tahun ia berangkat ke tanah suci mekkah al-Mukarramah untuk menunaikan ibadah haji seraya memperdalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama.Setelah 3 tahun menimba ilmu pengetahuan di Tanah Suci, ia pulang ke tanah air dan tepat pada tanggal 8 Oktober 1941 tiba kembali di kampung kelahirannya. 


20 tahun berkecimpung dimasyarakat, bermacam pengetahuan dan pengalaman telah diperoleh, pahit manisnya kehidupan telah dilalui, namun cita-cita ingin menyebarkan dan ingin meninggikan agama Allah tidak pernah padam. Hingga pada saatnya pada tahun 1958, fajar cita-cita yang diidamkan mulai tebit bersinar di Desa Pamangkih. Lembaran-lembaran kitab kuning yang mulai siran kembali cerah dengan berdirinya sebuah pondok pesantren yang bernama “Ibnul Amin” .Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun1975 ia juga membangun pondok pesantren Ibnul Amin Putri untuk mencetak kader-kader muslimah yang shalehah.


Selama 37 tahun berjuang untuk membangun serta membina pondok pesantren Ibnul Amin dan santri-santrinya, dari hari kehari lembaran hidupnya dihabiskan untuk lii’laai Kalimaatillaah hingga usai senja.,Pada hari Minggu, jam 08.45 tanggal 21 Dzulhijjah 1415 H/21 Mei 1995 beliau menghembuskan nafasnya yang  terakhir dalam pangkuan anak istri dan murid-murid beliau dalam usia 82 tahun 4 bulan 28 hari karena sakit paru-paru.


Semoga kita mendapatkan barokah dari beliau dari para guru-guru kita.. aamiin



Rabu, 20 Juli 2022

Relawan Khadimul Ummat Berkhidmah di Acara Haul ke 28 KH Mahfudz Amin bin KH Muhammad Ramli, Muassis Pondok Pesantren Ibnul Amin

    



Relawan Khadimul Ummat Berkhidmah di Acara Haul ke 28 KH Mahfudz Amin bin KH Muhammad Ramli, Muassis Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih di Pondok Pesantren Ibnul Amin Putri





Antusias Jamaah Hadiri Haul KH. Mahfudz Amin yang ke-28, Selasa(19/07/2022), jamaah terlihat mulai memadati lingkungan Pondok Pesantren Ibnul Amin Putri Pamangkih sejak sore walaupun acara baru dimulai setelah sahalat isya, untuk mengikuti acara Haul pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Ibnul Amin Pamangkih yang pertama ini.


Turut hadir para habaib, ulama serta para jamaah dari dalam dan luar daerah serta para alumni yang berdatangan dari seluruh penjuru daerah

dan seperti biasanya Relawan Khadimul Ummat yang merupakan Relawan yang sangat Familiar hadir berkhidmah di acara-acara keagamanan di Hulu Sungai Tengah yang kehadiran khadimul ummat kali ini langsung atas undangan alhlul bait sahibul haul yaitu ustadzt Fahmi putra dari KH Abdul Wahid Pengasuh Pondok Pesantren Ibnul Amin Putri

KH Abdul Wahid Pengasuh Pondok Pesantren Ibnul Amin Putri menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan haul muassis yang 28 tahun ini.

Ketua Umum Khadimul Ummat Habib Nasir Al Habsyi yang turut hadir tadi malam mengatakan KH. Mahfudz Amin adalah tokoh ulama pamangkih sekaligus tokoh yang mengharumkan Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan, pembawa risalah kenabian sebagai penegak agama serta nilai-nilai pemikiran yang Islami, begitu banyak alumni Ibnul Amin yang berkiprah dalam menyebarkan ajaran agama Islam baik di daerah maupun luar daerah"


Edwan Ansari Sekretaris Umum Khadimul Ummat

“Mengutip manakib dari KH.Mahfudz Amin, sarat dengan ketaladanan, kasih sayang, serta perjuangan tenaga dan pemikiran dan sikap tidak cinta dengan dunia serta mengenang usaha beliau dalam mendirikan sebuah lembaga pendidikan agama yang efektif sebagai upaya mencerdaskan ummat, khususnya generasi penerus,” katanya


Dikatakannya juga peninggalan KH. Mahfudz Amin sangat banyak mencetak para generasi penerus yang menyebarkan dan mengharumkan nama baik Ponpes khususnya mencetak para ulama untuk menyebarkan pendidikan agama

Rangkaian acara juga diisi dengan Mauizatil Hasanah yang disampaikan Al Habib Muhammad bin Husien bin Anis bin Alwi bin Ali bin Muhammad Al Habsyi dari Solo 

KH Mahfud Amin meninggalkan sesuatu yang sangat berharga, untuk diteruskan, dipelihara dan dijaga oleh generasi berikutnya. Terlalu mahal rasanya untuk ditinggalkan, terlalu sayang kenangan itu untuk dilupakan

Dokumentasi Terlampir









































































































 COPYRIGHT © Media Khadimul Ummat  Hulu Sungai Tengah 2022

Relawan Khadimul Ummat Hulu Sungai Tengah

Ketua Umum :

Habib Nasir bin Usman Al Habsyi

Sekretaris Umum :

Muhammad Edwan Ansari, S.Pd.I


Dokumentasi Terlampir:

Pewarta: Muhammad Riswan 

Editor : Syahrul Arifin


COPYRIGHT © Media Khadimul Ummat  Hulu Sungai Tengah 2022

________________________________________________________

Tentang Khadimul Ummat

wwww. khadimulummat.com

Alamat Markaz Khadimul Ummat

JlnAbdul Muis Ridhani, Sungai Tabuk Barabai Kecamatan Barabai (Seberang Kantor dinas pemuda dan olahraga) dekat Kantor PLN

Bagi yg berminat untuk bergabung bersama kami baik laki-laki maupun perempuan silakan untuk mampir di Markaz  Khadimul Ummat atau menghubungi anggota kami ..


Dengan Persyaratan : Klik disini


Informasi lainnya terkait Relawan Khadimul Ummat

dan mau tau info lewat Akun YouTube Channel klik saja disini Relawan Khadimul Ummat YouTube Channel

Terus Update Informasi kegiatan-kegiatan Relawan Khadimul Ummat Hulu Sungai Tengah share terus informasinya

dukung terus syiar dan Khidmah kami untuk ummat

___

Just Iklan

Sang Mentor

Blog Channel klik sebuah Ikhtiar Sederhana Anak Desa 






MANAQIB GURU KAPUH KANDANGAN, KH RIDWAN BASERI

 MANAQIB GURU KAPUH KANDANGAN Jelang haul pertama 30 juli 2022 Guru Kapuh merupakan sebutan populer dari Tuan Guru H. Ridwan binti Jauhariya...