Sabtu, 26 Maret 2022

 *FENOMENA LEMBAGA NASAB ABU-ABU*


Habaib / Saadah di Indonesia semenjak dahulu dalam urusan nasab / silsilah hanya melaporkan dan merujuk ke Maktab Daimi Rabithah Alawiyyah yg pusatnya di Jakarta.


Generasi Para Habaib dari era kesultanan/kerajaan Islam di Nusantara sebelum Indonesia merdeka pun tak luput dalam pendataan dan pencatatan nasab tersebut 


Dengan standar itsbat / pensahan yg ketat dan sesuai kaedah ilmu nasab menjadi azas Maktab Daimi Rabithah Alawiyyah dalam mensahkan nasab seorang Sayyid / Habib.

Maktab Daimi Rabithah Alawiyyah tidak merujuk kepada hal2 yg bersifat ghaib maupun metafisika termasuk mimpi2 seseorang, tetapi dgn merujuk ke buku induk nasab yg diwarisi dari generasi salaf yg sudah mendata para Habaib sebelumnya di kota Tarim Hadralmaut, serta merujuk kepada data dan fakta di lapangan yg bisa diperpegangi kebenarannya, semisal kesaksian dari orang yg boleh dimintai kesaksian dan semisal dari surat2 lama yg memiliki kekuatan hukum dan mencantumkan nama2 kakek datuk leluhur dari seorang sayyid yg akan diitsbat jalur nasabnya.


Dengan standar yg sudah seharusnya seperti ini Maktab Daimi Rabithah Alawiyyah tidak asal dan tidak serampangan dalam mensahkan nasab seseorang.


Sehingga orang2 yg terbuai untuk mengaku sebagai "Habib" akan tertolak dan terbantah klaimnya dengan data2 pembanding dan manuskrip2 yg betul2 tua dan sah.


Namun seiring berjalannya waktu, mereka2 yg "mengaku" keturunan BAGINDA NABI MUHAMMAD SHOLALLAAHU 'ALAYHI WASALLAMA tersebut tetapi tidak lolos dengan standar pendataan ilmu nasab di Maktab Daimi Rabithah Alawiyyah itu akhirnya dengan keputus-asa-an-nya mencoba cara lain agar dapat "pengakuan" di masyarakat khalayak luas.


Mereka pun memanfaatkan celah aturan negara yg tidak membatasi izin2 pada masyarakat yg ingin membentuk lembaga atau yayasan, dan cukup dengan memenuhi syarat2 standar dalam membuat lembaga organisasi ataupun yayasan maka mereka pun pada akhirnya mendirikan lembaga2 mereka sendiri dan mensahkan nasab2 kelompok mereka dengan standar yg mereka tentukan sendiri dan tentu saja semua itu tidak sama dengan standar yg seharusnya diterapkan dalam ilmu nasab.


Mereka rangkul orang2 ataupun kelompok2 yg tidak lolos standar itsbat nasab dan kemudian mereka rekrut jadi anggota, ada juga yg mereka rekrut krn memang orang tersebut ingin dimuliakan di mata masyarakat, hingga tidak sedikit orang dari yg mereka rangkul itu adalah orang2 yg sama sekali tidak dikenal sebagai habaib dari zaman kakek moyangnya.


Dan demi menjawab penasaran masyarakat yg polos misalnya : "kenapa muncul lembaga nasab lagi ? Bukankah Habaib sudah punya Rabithah Alawiyyah ?"

Lalu mereka pun menjawab dengan aneka jawaban yg menggelitik dan mengada-ada :


*- Lembaga kami ini lebih tua, lembaga kami sifatnya internasional, dan diakui banyak negara (padahal pada kenyataannya itu adalah nol dari pembuktian, hanya klaim sepihak yg bahkan anak kecilpun bisa mengklaim hal yang sama)*


*- alasan lain berikutnya adalah : lembaga kami khusus mencatat keturunan Habaib dari trah kerajaan saja (padahal Maktab Daimi Rabithah Alawiyyah dari zaman dahulu sudah mencatat Habaib yg menikahi putri2 kesultanan maupun kerajaan dan merapikan dan memberkaskan serta menyimpan data2 mereka semuanya tanpa terkecuali)*


*- Alasan lainnya juga seperti ; Lembaga Rabithah Alawiyyah itu dibentuk oleh VOC, penghianat negara Republik Indonesia sehingga dengan sengaja dari dahulu tidak mencatat kakek moyang kami para pejuang anti penjajah (ini lagi marak mereka angkat agar merusak kepercayaan khalayak kepada Rabithah Alawiyyah, dan pada kenyataannya sebagaimana kita tahu Rabithah Alawiyyah memang dibentuk sebelum Indonesia merdeka, dan di zaman tersebut untuk perizinan membentuk komunitas dan organisasi tentu saja kepada yg berwenang agar tidak terjadi benturan, bahkan di zaman tersebut urusan surat2 jual beli tanah dan nikah saja itu tercatat melalui dokumen mereka yg berwenang, yaitu para penjajah ataupun fihak adipati hingga raja/sulthan yg berkuasa, sehingga dalam kerjanya dan pendataannya para Habaib pendiri Rabithah Awaliyyah itu tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun) dan bermacam alasan yg tidak logis lainnya*


Sehingga pada intinya, mayoritas Habaib di Indonesia hanya berpegang kepada Maktab Daimi Rabithah Alawiyyah, bahkan kepercayaan Habaib maupun para Muhibbin ini sudah terbentuk dari zaman dahulu.

Perlu di garis bawahi bahwa kepercayaan itu sangat"mahal" dan semua ini tidak ada terdapat pada lembaga2 yg baru muncul akhir2 ini, walau status lembaganya sama di kacamata aturan negara kita.


Pendapat ulun pang ini bib ay, lalu kira2 menurut pian kypa bib, boleh lah bila tulisan ulun ini ulun share di media sosial bib ?

Gasan warga masyarakat sakira ada tatarang upih masalah maktab2 ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PKBM Dhiyaul Amin adalah Program Kesetaraan Pendidikan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Dhiyaul Amin Pamangkih

PKBM Dhiyaul Amin adalah Program Kesetaraan Pendidikan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Dhiyaul Amin Pamangkih  PKBM Dhiyaul Amin ada...